Top Menu

Puisi Terakhir Rendra yang dituliskannya di atas ranjang Rumah Sakit





Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”

Puisi Mendiang Sang Kawindra alias si Burung Merak di atas di up date pada 29 September 2010 di http://www.nasehatislam.com/?p=912 . Saya sebagai pengagum Rendra ingin juga menuliskan ulang komentar beberapa orang terhadap puisi tersebut di bawah ini:


7 Responses to “ Puisi Terakhir Rendra yang dituliskannya di atas ranjang Rumah Sakit ”
subhanallah. begitu dalam. semoga beliau diterima di sisi-Nya…
Seoga aku bisa mengambil hikmah dari puisi ini, semoga WS Rendra diterima disisinya amin…
subhanallah sampai tak terbendung air mataku membaca puisi ini. semoga Ruh beliau diterima di sisi Allah SWT. Amin
Wallahi sebuah totalitas dalam pengabdian kepada Roobnya dan pengakuan tentang kekurangannya. merinding aku membacanya, seorang seperti Rendra mengucapkan kata-kata yang begitu mendalam dalam maknanya, siapa yang mengajarinya, siapa yang mentalqinnya, di akhir masa hidupnya, dan begitu dekatnya dengan ajalnya, tidak ada yang lainnya kecuali Roobnya yang paling tahu, semoga Allah mewafatkan beliau dengan husnul khotimah dan mengampuni dosa-dosanya, Allahumma amin.
subhanallah..

Post a Comment

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates