Oleh
Septian Aji Setia P
Jumat, 10 Agustus 2012
Bicara
tentang keadilan di negeri ini masih saja diragukan, banyak disekeliling kita
yang tidak mendapatkan perlakuan yang tidak selayaknya. Para pemimpin
seakan-akan tidak melihat keadaan rakyat yang membutuhkan. Hal-hal semacam
inilah yang membuat penyair yang bernama Willibrordus Surendra Broto Rendra
(lahir Solo, 7 November 1935) yang berada di garis depan memperjuangkan
keadilan, dia adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai “Burung
Merak”. terbukti dalam kutipan salah satu karyanya :
“Hal-hal
semacam inilah yang akan kutulis. Biar mereka tahu keadaan rakyat rendah
senyata-nyata, biar mereka tahu apa sebenarnya yang berada di balik
tempat-tempat dansa, apa yang ada di balik rumah-rumah mewah. Akan kutelanjangi
dunia ini dari kepalsuan. Kita hidup dalam masyarakat, jadi harus bekerja sama.
Dan kalau ada orang yang mau kaya sendiri, kalau ada orang yang mau mewah
sendiri, biarlah ia hidup di hutan saja, sebagai orang biadab.”
Dari
kutipan diatas, sangat jelas bahwa Rendra seorang pejuang yang melaksanakan
dengan kat-kata. Dia menulis keadaan yang ia lihat senyata-nyatanya. Dia
tuangkan dalam sebuah karya berupa kritikan atau nasihat agar para pemimpin
sadar akan kewajibannya.
Begitu
juga dengan puisi “Paman Doblang” karya Ws.Rendra ini, puisi ini mempunyai
kekuatan sesuatu kesan ke dalam imaji pembaca. Karyanya terinspirasi ketika
dirinya merenung di dalam jeruji besi. Dalam puisi “Paman Doblang” ini
menjelaskan luapan penyair terhadap suatu keadaan yang lemah akan keadilan.
Sebelumnya kita cari tahu dulu siap Paman Doblang itu?
Istilah
paman doblang sering disebut juga seseorang yang suka bercerita dan sangat
digemari oleh anak-anak. Ada yang menyebutkan juga bahwa paman doblang adalah
pak tua, kalau dimpulkan dari pendapat tersebut bahwa paman doblang adalah
seseorang yang memberikan cerita, yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat
yang positif,dan jika dihubungkan paman doblang dengan puisi karya Ws.Rendra
ini, terdapat kata kunci baru dari nama
“Paman Doblang”.
Rendra
memberi nama judul puisinya “Paman Doblang” yaitu menceritakan keadaan yang
dialaminya. Karena dalam puisi “Paman Doblang” terdapat sebuah percakapan yang
membicarakan keadaan seseorang yang berada di dalam penjara. Sama halnya dengan
yang di alami oleh Rendra ketika berada di penjara. Penyair bercerita dan
menjelaskan dirinya sendiri dalam sebuah karya tulis melalui puisi, yang di
dalamnya terdapat nasihat-nasihat bagi pembaca. Pada bait pertama;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap.
Tanpa lampu. Tanpa lubang cahaya. Pengap.
Ada hawa. Tak ada angkasa.
Terkucil. Temanmu beratus-ratus nyamuk semata.
Terkunci. Tak tahu di mana berada
Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap.
Tanpa lampu. Tanpa lubang cahaya. Pengap.
Ada hawa. Tak ada angkasa.
Terkucil. Temanmu beratus-ratus nyamuk semata.
Terkunci. Tak tahu di mana berada
Penyair
menceritakan keadaan dirinya yang berada di sebuah penjara yang gelap, dan
tempatnya sangat tidak layak untuk ditempati, dia dimasukan ke penjara akibat
kritikanya yang di tuliskan dalam karyanya. Pada bait selanjutnya ada sebuah
jawaban tentang dirinya sendiri yaitu ;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Apa katamu?
Apa katamu?
Ketika haus aku minum dari kaleng karatan.
Sambil bersila aku mengharungi waktu
lepas dari jam, hari dan bulan
Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk
tidak berupa, tidak bernama.
Aku istirah di sini.
Tenaga ghaib memupuk jiwaku.
Sambil bersila aku mengharungi waktu
lepas dari jam, hari dan bulan
Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk
tidak berupa, tidak bernama.
Aku istirah di sini.
Tenaga ghaib memupuk jiwaku.
Penyair
mempunyai kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan yang telah dia alami, dan
dia terus mengharungi waktu dengan tidak
pantang menyerah.
Pada bait
selanjutnya ;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Di setiap jalan mengadang mastodon dan serigala.
Kamu terkurung dalam lingkaran.
Para pengeran meludahi kamu dari kereta kencana.
Kaki kamu dirantai ke batang karang.
Kamu dikutuk dan disalahkan.
Tanpa pengadilan.
Di setiap jalan mengadang mastodon dan serigala.
Kamu terkurung dalam lingkaran.
Para pengeran meludahi kamu dari kereta kencana.
Kaki kamu dirantai ke batang karang.
Kamu dikutuk dan disalahkan.
Tanpa pengadilan.
Penyair
mengkritik pemerintahan lewat karya tulisnya, dia melihat keadaan
disekelilingnya yang tidak pernah dilihat oleh para pemimpin, sehingga dia
berani untuk membela keadilan,tapi dia malah disalahkan dan di kucilkan ke
dalam penjara oleh para pemimpin. Hanya gara-gara tersinggung atau tidak enak
dengan perkataan yang ada dalam karya rendra tersebut, padahal itu adalah
sebuah kenyataan.
Pada bait selanjutnya ;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Bubur di piring timah
didorong dengan kaki ke depanmu
Paman Doblang, apa katamu?
Bubur di piring timah
didorong dengan kaki ke depanmu
Paman Doblang, apa katamu?
Kesedaran adalah matahari.
Kesabaran adalah bumi.
Keberanian menjadi cakerawala.
Dan perjuangan
adalah perlaksanaan kata-kata.
Kesabaran adalah bumi.
Keberanian menjadi cakerawala.
Dan perjuangan
adalah perlaksanaan kata-kata.
Penyair
menyebutkan dalam lirik puisinya bahwa kesadaran adalah matahari, kesabaran
adalah bumi,keberanian menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan
kata-kata. Itulah nasihat dari Paman doblang atau Rendra yang menjadikan
dirinya tetap kuat dan terus memperjuangkan kebenaran melalui pelaksanaan
kata-kata.
Saya
sangat tertarik dalam karyanya ini, karena
Rendra berbicara lewat syair-syairnya, Rendra juga nyata-nyata banyak
mengangkat tema-tema perlawanan terhadap kemiskinan dalam syair-syairnya,
perlawanan terhadap kezaliman, dan kesemena-menaan,
Kalau
dihubungkan dengan realita kehidupan saat ini keadilan di indonesia masih
lemah. Dalam cuplikan dari pembukaan UUD’45 “…..menuju indonesia yang adil dan
makmur….” Tapi nyatanya sekarang indonesia malah Ambrok. Politikus yang jago
korupsi sampai menghabiskan miliyaran rupiah uang rakyat hanya di hukum tidak
lebih dari 10 tahun, belum lagi kalau dapat potongan masa tahanan pas libur
hari raya, sel penjara pun juga tidak biasa, malah luar biasa! Ada toilet,
kasur empuk, makan enak, dikunjungi kapan aja bisa. Malah seperti pindah rumah
saja.
Beda dengan
penjahat kelas teri seperti maling motor, pelayanannya pun juga kelas teri. Sel
sumpek, kotor, belum lagi kalau pas ditangkap/kepergok dia dapat bonus bogem
mentah dari masyarakat. Sungguh naas negeri ini, yang di harapkan generasi muda
yang harus bisa mengubah dari yang buruk menjadi lebih baik, dan terus
melanjutkan perjuangan para pahlwan yang telah gugur membela negera ini.
Diposkan oleh Tian Setia Permana
Di Blog pribadinya: http://tian99win.blogspot.com/2012/08/perjuangan-dan-nasehat-dalam-puisi.html
Post a Comment