Langit
Langit tercipta dari mataku
Gerhana matahari terkubur ke dadamu
Fajar lahir melalui intuisi
Senja merah karena dengusan nafsumu
Angin empat penjuru menetas
Menggoyangkan hayal lalu terlempar ke laut
utara
Disana tumbuh bunga-bunga kering
Meretakkan rubayyat tubuhmu dan aksara
batinku hingga kini
Jogjakarta, 2012.
Puisiku
# 01
Di pelipismu ada jalan panjang
Matahari kering disana
Membakar aksara di matamu
# 02
Darah mengalir jiwamu yang takberujung
Menyuburkan rumput, pohon kering yang
bertahun-tahun mati
Taksanggup menahan luka,menganga melihat
langit puisi
# 03
Laut sepi dengan suara ombak berjatuhan
Tetapi kemerisik gerimis membacakan puisi
pada tepi
Dimana senyap menunggu bawah cemara
# 04
Di langit ada warna kuning langsat tiba-tiba
Serupa dagingmu yang tergores dari rubayyat
puisi lama
Bercucuran jalan-jalan lepas
# 05
Lidahku haus bir dingin yang ada di lidahmu
Jogjakarta, 2012.
Poke
Tumbuh di tengah hutan yang gersang
Lubang-lubang mengeluarkan mani nista
Di samping ada biji-biji bertapa tanpa
harapan
Dan bibirnya becek bau yang tak ingin aku
kenang lagi
Jogjakarta, 2012.
Malam Tanpa Nama
Rembulan berlumuran darah
Gerimis amis
Cahaya berkeping-keping menjadi bintang
Berlayar tengah malam
Lampu mati, sepi
Tanpa arah dan tujuan kemana-mana
Waktu menyilet mimpi
Sampai hilang arah, dan taktau aku ini siapa?
Jogjakarta, 2012.
Kertas Malam
Rindu nalar ke pohon-pohon
Memandangi langit biru berpesta anggur
Jatuh kecawan bintang-bintang
Mengikis intuisi tahun depan
Menjadi gagasan mabuk di situ
Lirik langit membuatnya menangis pada malam
Merayakan kemenangan dongeng belaka
Dan, berandai-andai sejarah tahun depan
Jogjakarta, 2012.
*Rusydi Tolareng, penikmat sastra
lahir di Sumenep, Madura. Puisinya telah dimuat disejumlah media lokal. Dan
samapai sekarang masih menjadi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Fakultas Dakwah. Dan masih aktif berperoses di Komunitas Rudal (Rudal
Community).
Post a Comment