Pablo Neruda (lahir di Parral, sebuah kota sekitar 300 km di
selatan Santiago, Chili, 12 Juli 1904 – meninggal 23 September 1973 pada umur
69 tahun) adalah nama samaran penulis Chili, Ricardo Eliecer Neftalí Reyes
Basoalto.
Neruda yang dianggap sebagai salah satu penyair berbahasa Spanyol
terbesar pada abad ke-20, adalah seorang penulis yang produktif.
Tulisan-tulisannya merentang dari puisi-puisi cinta yang erotik, puisi-puisi
yang surealis, epos sejarah, dan puisi-puisi politik, hingga puisi-puisi
tentang hal-hal yang biasa, seperti alam dan laut. Novelis Kolombia, Gabriel
García Márquez menyebutnya "penyair terbesar abad ke-20 dalam bahasa
apapun". Pada 1971, Neruda dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Sastra.
Pada masa hidupnya, Neruda terkenal karena keyakinan-keyakinan
politiknya. Sebagai seorang komunis yang vokal, ia pernah sebentar menjadi
senator untuk Partai Komunis Chili di Kongres Chili sebelum terpaksa
mengasingkan diri.
Nama samaran Neruda diambil dari nama penulis dan penyair Ceko,
Jan Neruda; belakangan nama ini menjadi nama resminya.
Kehidupan
Tahun-tahun
awal
Neruda dilahirkan di Parral, sebuah kota sekitar 300 km di selatan
Santiago. Ayahnya, José del Carmen Reyes Morales, seorang pegawai kereta api;
ibunya, Rosa Neftalí Basoalto Opazo, seorang guru sekolah yang meninggal dua
bulan setelah ia dilahirkan. Neruda dan ayahnya segera pindah ke Temuco, dan di
sana ayahnya menikahi Trinidad Candia Malverde, seorang perempuan yang sembilan
tahun sebelumnya melahirkan anak untuknya, anak lelaki bernama Rodolfo. Neruda
juga bertumbuh dengan saudara tirinya, Laura, salah seorang anak ayahnya dari
perempuan lain.
Neruda muda dipanggil "Neftalí", nama almarhumah ibunya.
Minatnya dalam tulis-menulis dan sastra ditentang ayahnya, namun ia mendapatkan
dorongan dari orang lain, termasuk Gabriela Mistral yang kelak mendapatkan
Hadiah Nobel, saat itu kepala sekolah putri setempat. Karyanya yang pertama
diterbitkan ditulisnya untuk harian setempat, La Mañana, pada usia 13 tahun:
Entusiasmo y perseverancia ("Antusiasme dan Kegigihan"). Pada 1920,
ketika ia mengambil nama samaran Pablo Neruda, ia sudah banyak menerbitkan
puisi, prosa, dan jurnalisme.
Veinte poemas
Pada tahun berikutnya (1921), ia pindah ke Santiago untuk belajar
bahasa Prancis di Universidad de Chile dengan maksud menjadi guru, namun ia
segera menghabiskan waktunya sepenuhnya untuk menulis puisi. Pada 1923 kumpulan
puisinya yang pertama, Crepusculario ("Buku Senja"), diterbitkan, dan
tahun berikutnya terbit Veinte poemas de amor y una canción desesperada
("Dua puluh Puisi Cinta dan Nyanyian Putus Asa"), kumpulan puisi
cinta yang kontroversial karena sifatnya yang erotik. Kedua karyanya itu
mendapatkan pujian kritis dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Selama dekade-dekad
berikutnya, Veinte poemas terjual berjuta-juta kopi dan menjadi karya Neruda
yang paling terkenal.
Reputasi Neruda makin berkembang di dalam maupun di luar Chili,
namun ia hidup dalam kemiskinan. Pada 1927, karena putus asa, ia menerima
jabatan sebagai konsul kehormatan di Rangoon, yang saat itu merupakan bagian
dari kolonial Burma, tempat yang belum pernah didengarnya sebelumnya. Kemudian
ia melakukan kerja serabutan di Kolombo (Sri Lanka), Batavia, dan Singapura. Di
Jawa ia bertemu dan menikahi istrinya yang pertama, seorang Belanda pegawai
bank yang tinggi badannya, bernama Maryka Antonieta Hagenaar Vogelzang.
Sementara menjalani tugas diplomatik, Neruda banyak membaca puisi dan
bereksperimen dengan berbagai bentuk puisi. Ia menulis jilid pertama dari
kumpulan puisinya yang dua jilid Residencia en la tierra, (Menetap di Negeri)
yang mencakup banyak puisi surealis, yang belakangan menjadi terkenal.
Perang Saudara Spanyol
Setelah kembali ke Chili, Neruda mendapatkan pos diplomatik di
Buenos Aires dan kemudian di Barcelona, Spanyol. Belakangan ia menggantikan
Gabriela Mistral sebagai konsul di Madrid, dan di sana ia menjadi pusat dari
kalangan sastra yang hidup, bersahabat dengan penulis-penulis seperti Rafael
Alberti, Federico García Lorca, dan penyair Peru, César Vallejo. Seorang anak
perempuan, Malva Marina Trinidad, dilahirkan di Madrid; namun ia kemudian
mengalami banyak masalah kesehatan sepanjang hidupnya yang singkat. Pada masa
ini pula, Neruda perlahan-lahan menjadi kian terasing dari istrinya dan
kemudian tinggal dengan Delia del Carril, seorang perempuan Argentina yang dua
puluh tahun lebih tua daripadanya dan akhirnya menjadi istri keduanya.
Ketika Spanyol semakin tenggelam dalam perang saudara, Neruda
menjadi sangat terlibat dalam politik untuk pertama kalinya.
Pengalaman-pengalamannya dengan Perang Saudara Spanyol dan sesudahnya
mengubahnya dari o u individualistic, yang terpusat ke dalam menjadi orang yang
mempunyai komitmen sosial dan solidaritas yang lebih besar. Neruda menjadi seorang
komunis yang serius dan bertahan demikian hingga akhir hayatnya. Politik kiri
radikal dari teman-temannya sesama penulis, maupun dari del Carril, merupakan
factor-faktor yang mendukung, tetapi dorongan yang paling penting adalah
hukuman mati atas García Lorca oleh pasukan-pasukan yang setia kepada Francisco
Franco. Melalui pidato-pidato dan tulisan-tulisannya Neruda memberikan
dukungannya terhadap pihak Republik, lalu menerbitkan kumpulan puisinya yang
berjudul España en el corazón ("Spanyol di dalam Hatiku"). Istri dan
anak Neruda pindah ke Monte Carlo; dan ia tidak pernah lagi bertemu dengan
mereka. Ia tetap tinggal dengan del Carril di Prancis.
Setelah pemilihan Presiden Pedro Aguirre Cerda pada 1938, yang
didukung Neruda, ia diangkat menjadi konsul khusus untuk emigrasi Spanyol di
Paris. Di sana Neruda diberikan tanggung jawab untuk apa yang disebutnya “misi
yang paling mulia yang pernah saya laksanakan”: mengirim 2.000 pengungsi
Spanyol, yang telah ditampung oleh Prancis di kamp-kamp yang kotor, ke Chili di
sebuah kapal tua yang bernama Winnipeg. Neruda kadang-kadang dituduh
mengutamakan kaum komunis untuk beremigrasi, sementara yang lainnya yang juga
pernah berjuang di pihak Republik, diabaikan. Yang lainnya menyangkal
tuduhan-tuduhan itu, sambil menunjukkan bahwa Neruda hanya memilih beberapa
ratus pengungsi secara pribadi, dan sisanya dipilih oleh Dinas Evakuasi
Pengugnsi Spanyol, yang dibentuk oleh Juan Negrín, Presiden pemerintahan
Republik Spanyol di pengungsian.
Meksiko
Pos diplomatik Neruda berikutnya adalah sebagai Konsul Jenderal di
Mexico City, dan di sana ia tinggal dari 1940 hingga 1943. Ketika di Meksiko,
ia menceraikan Hagenaar, menikahi del Carril, dan kemudian mendengar bahwa anak
perempuannya telah meninggal, pada usia 8 tahun, di Belanda yang diduduki Nazi,
karena berbagai masalah kesehatannya. Ia pun menjadi sahabat dari pembunuh
Stalinis Vittorio Vidali [1]. Setelah gagalnya upaya pembunuhan terhadap Leon
Trotsky tahun 1940, Neruda, atas permintaan Presiden Meksiko Manuel Ávila Camacho,
mengatur visa Chili untuk pelukis Meksiko, David Alfaro Siqueiros, yang dituduh
sebagai salah satu anggota komplotan itu. Hal ini memugnkinkan Siqueiros, yang
saat itu dipenjarakan, meninggalkan Meksiko dan berangkat ke Chili. Di sana ia
tinggal di rumah pribadi Neruda. Sebagai ganti atas bantuan Neruda, Siqueiros
menghabiskan waktu satu tahun melukis dinding di sebuah sekolah di Chillán.
Dalam memoarnya, Neruda menolak tuduhan-tuduhan bahwa ia bermaksud menolong
seorang pembunuh dan menyebutnya sebagai "pelecehan sensasionalis
politik-sastra".
Kembali ke Chili
Pada 1943, setelah kembali ke Chili, Neruda melakukan perjalanan
ke Peru, dan di sana ia mengunjungi Machu Picchu. Keindahan benteng Inka itu
kelak mengilhaminya menulis Alturas de Macchu Picchu, sebuah puisi yang satu
buku tebalnya ditulis dalam 12 bagian yang diselesaikannya pada 1945. Puisinya
ini menandai kesadaran dan minatnya yang kian berkembang terhadap peradaban
kuno bangsa Amerika: tema-tema yang kelak dijelajahinya lebih lanjut dalam puisinya
Canto general. Dalam karyanya ini, Neruda memuji keberhasilan Machu Picchu,
tetapi juga mengutuk perbudakan yang telah memungkinkan pembangunannya.. Dalam
Canto XII, ia berseru kepada orang-orang yang telah mati selama berabad-abad
sebelumnya agar dilahirkan kembali dan berbicara melalui dirinya. Martin
Espada, penyair dan professor tulisan kreatif di Universitas Massachusetts,
memuji karya ini sebagai maha karya, dan menyatakan bahwa “tidak ada lagi puisi
politik yang besar daripada ini.”.
Mendukung para diktator
Didorong oleh pengalaman-pengalamannya dalam Perang Saudara
Spanyol, Neruda, seperti banyak intelektual kiri dari generasinya, akhirnya
mengagumi Uni Soviet yang saat itu dipimpin Joseph Stalin, sebagian karena
peranannnya dalam mengalahkan Jerman Nazi. Pada 1953 Neruda dianugerahi Hadiah
Perdamaian Stalin. Pada saat kematian Stalin pada tahun yang sama, Neruda
menulis sebuah ode untuknya, seperti juga yang pernah ditulisnya (pada Perang
Dunia II) untuk Fulgencio Batista dan belakangan Fidel Castro [2]. Neruda
akhirnya menyesali dukungannya untuk pemimpin Rusia itu, setelah Pidato Rahasia
Nikita Kurschev pada Kongres ke-20 Partai pada 1956. Di dalam pidatonya itu
Kruschev mengecam "kultus individu" yang mengelilingi Stalin dan menuduhnya
melakukan kejahatan-kejhatan selama Pembersihan Besar, Neruda menulis dalam
memoarnya “Saya telah ikut menyumbangkan bagian saya dalam kultus individu
itu,” sambil menjelaskan bahwa “pada masa-masa itu, kami melihat Stalin
bagaikan sang penakluk yang telah menghancurkan tentara Hitler.” Tentang
kunjungannya berikutnya ke Tiongkok pada 1957, Neruda kelak menulis: "Yang
menjauhkan saya dari proses revolusioner Tiongkok bukanlah Mao Tse-tung
melainkan Mao Tse-tungisme", yang dinamainya Mao Tse-Stalinisme:
"pengulangan sebuah kultus terhadap dewa Sosialis". Namun demikian,
meskipun ia kecewa terhadap Stalin, Neruda tidak pernah kehilangan keyakinannya
terhadap komunisme dan tetap setia kepada “Partai”. Karena kuatir akan
memberikan peluru kepada lawan-lawan ideologisnya, belakangan ia menolak untuk
mengutuk secara terbuka penindasan yang dilakukan Soviet terhadap para penulis
pembangkang, seperti Boris Pasternak dan Joseph Brodsky: suatu sikap yang
bahkan para pendukungnya yang paling gigih pun tidak bersedia terima.
Senator
Pada 4 Maret 1945 Neruda terpilih menjadi senator dari Partai
Komunis untuk provinsi-provinsi utara, yaitu Antofagasta dan Tarapacá di Gurun
Pasir Atacama yang kering dan kejam. Ia secara resmi bergabung dengan Partai
Komunis Chili empat bulan kemudian.
Pada 1946, kandidat pemilu presiden dari Partai Radikal, Gabriel
González Videla meminta Neruda untuk menjadi manajer kampanenya. González
Videla didukung oleh sebuah koalisi partai-partai sayap kiri dan Neruda
berkampanye dengan gigih atas namanya. Namun demikian, begitu mendapatkan
jabatan, González Videla berbalik melawan Partai Komunis. Titik perpisahan bagi
Senator Neruda terjadi ketikga ia menindas dengan penuh kekerasan pemogokan
para buruh tambang yang dipimpin komunis di Lota pada Oktober 1947. Para buruh
yang mogok itu digiring ke penjara-penjara militer di pulau dan kamp
konsentrasi di kota Pisagua. Kritik Neruda terhadap González Videla memuncak
dalam sebuah pidato dramatisnya di Senat Chili pada 6 Januari 1948 yang diberi
judul Yo acuso ("Aku menuduh"), dan dalam isi pidatonya itu ia
menyebutkan keras-keras nama-nama para buruh tambang dan keluarga mereka yang
dipenjarakan di kamp konsentrasi itu.
Pembuangan
Beberapa minggu kemudian few weeks later, Neruda bersembunyi dan
ia beserta istrinya diselundupkan dari rumah ke rumah, disembunyikan oleh para
pendukung dan pengagumnya selama 13 bulan berikutnya. Sementara dalam
persembunyian, Senator Neruda disingkirkan dari jabatannya dan pada September
1948 Partai Komunis sama sekali dilarang berdasarkan Ley de Defensa Permanente
de la Democracia (UU untuk Mempertahankan Demokrasi secara Permanen), yang
disebut oleh para kritikusnya sebagai Ley Maldita ("UU Terkutuk"),
yang menghapuskan lebih dari 26.000 orang dari daftar pemilih, dan dengan demikian
mencabut hak-hak mereka untuk memilih. Kehidupan Neruda di bawah tanah berakhir
pada Maret 1949 ketika ia melarikan diri menyeberangi Pegunungan Andes ke
Argentina dengan menunggang kuda. Ia hampir tenggelam ketika menyeberangi
Sungai Curringue. Kelak ia mengisahkan kembali pelariannya dari Chili dalam
kuliah Hadiah Nobelnya.
Begitu keluar dari Chili, ia hidup selama tiga tahun berikutnya di
pembuangan. Di Buenos Aires seorang sahabat Neruda, novelis Miguel Ángel
Asturias yang belakangan mendapatkan Hadiah Nobel, menjadi atase kebudayaan di
kedutaan besar Guatemala. Antara keduanya ini ada beberapa kesamaan, karena itu
Neruda pergi ke Eropa dengan menggunakan paspor Asturias. Pablo Picasso
mengatur masuknya ia ke Paris dan Neruda melakukan penampilan kejuatan di sana
di hadapan Kongres Kekuatan Damai Dunia yang tercengang. Sementara itu,
pemerintah Chili menyangkal bahwa penyair itu bias melarikan diri dari
negerinya.
Tiga tahun berikutnya dihabiskan Neruda dengan berkeliling di
seluruh Eropa dan melakukan perjalanan ke India, RRC, dan Uni Soviet.
Perjalanannya ke Meksiko pada akhir 1949 diperpanjang karena ia mengalami
serangan flebitis. Seorang penyanyi Chili yang bernama Matilde Urrutia
dipekerjakan untuk merawatnya, dan keduanya mulai mengadakan affair, dan bertahun-tahun
kemudian berakhir dengan pernikahan. Pada masa pembuangannya, Urrutia
membayang-bayangi Neruda dan mereka mengatur pertemuan-pertemuan setiap kali
hal itu memungkinkan.
Sementara di Meksiko, Neruda juga menerbitkan puisi epiknya yang
panjang Canto General, sebuah katalog sejarah, geografi, dan flora serta fauna
Amerika Selatan dalam gaya Whitmania, disertai oleh pengamatan dan pengalaman
Neruda. Banyak daripadanya berkaitan dengan masa hidupnya di bawah tanah di
Chili, yaitu masa ketika ia menyusun sebagian besar dari puisi itu. Malah, ia
membawa naskahnya bersamanya ketika ia melarikan diri dengan menunggang kuda.
Sebulan kemudian, sebuah edisi yang lain yang terdiri dari 5.000 kopi dengan
berani diterbitkan di Chili oleh Partai Komunis yang telah dilarang,
berdasarkan naskah yang telah ditinggalkan Neruda.
Pada tahun 1952 ia tinggal di sebuah vila milik sejarahwan Italia,
Edwin Cerio di pulau Capri yang dijadikan fiksi dalam film yang terkenal Il
Postino ("Tukang Pos", 1994).
Kembali ke Chili
Pada 1952, pemerintah diktatur González-Videla hampir rontok,
karena diperlemah oleh berbagai skandal korupsi. Partai Sosialis Chili sedang
dalam proses mencalonkan Salvador Allende sebagai kandidatnya untuk emilu
presiden September 1952 dan sangat mengharapkan kehadiran Neruda — yang kini
merupakan tokoh sastra sayap kiri Chili yang paling terkemuka — untuk mendukung
kampanye itu.
Neruda kembali pada Agustus tahun itu dan bergabung dengan Delia
del Carril, yang telah mendahuluinya beberapa bulan kemudian, namun perkawinan
mereka berada di ambang kehancuran. Del Carril akhirnya mengetahui hubungannya
dengan Mathilde Urritia dan meninggalkannya pada 1955, lalu kembali ke Eropa.
Neruda yang kini bersatu dengan Urrutia, menghabiskan sisa hidupnya di Chili,
kecuali kunjungannya ke luar negeri yang sangat banyak jumlahnya dan
penugasannya sebagai duta besar Allende untuk Prancis dari 1970 hingga 1973.
Pada saat ini, Neruda menikmati kemasyhurannya di seluruh dunia
sebagai seorang penyair, dan buku-bukunya diterjemahkan ke dalam semua bahasa
utama dunia. Ia juga sangat vokal dalam masalah-masalah politik, dengan berani
menentang AS pada masa krisis misil Kuba (belakangan dalam decade itu ia pun
berulang-ulang mengutuk AS karena Perang Vietnam). Tetapi menjadi salah seorang
intelektual kiri yang paling bergengsi dan lantang pun mengundang oposisi dari
lawan-lawan ideologisnya. Kongres untuk Kebebasan Budaya, sebuah organisasi
anti komunis yang diam-diam dibentuk dan didanai oleh CIA, memilih Neruda
sebagai salah satu target utamanya dan melakukan kampanye untuk meruntuhkan
reputasinya, dengan menghidupkan kembali klaim lama bahwa ia telah ikut
terlibat dalam serangan terhadap Trotsky di Mexico City pada 1940. Kampanye itu
menjadi kian intensif ketika diketahui bahwa Neruda menjadi salah satu kandidat
untuk Hadiah Nobel 1964, yang akhirnya diberikan kepada Jean-Paul Sartre.
Pada 1966, Neruda diundang menghadiri konferensi PEN Internasional
di New York City. Resminya ia dilarang masuk ke AS karena ia komunis, namun
penyelenggara konferensi, penulis drama Arthur Miller, akhirnya berhasil
meyakinkan pemerintahan Johnson untuk memberikan visa kepada Neruda. Neruda
membacakan puisi di gedung-gedung yang padat, dan bahkan merekam beberapa
pembacaan puisinya untuk Perpustakaan Kongres. Miller belakangan mengatakan
bahwa Neruda menjadi komunis pada tahun 1930-an sebagai akibat dari
keterasingannya yang berkepanjangan dari "masyarakat borjuis". Karena
kehadiran banyak penulis Blok Timur, pengarang Meksiko, Carlos Fuentes belakangan
menulis bahwa konferensi itu menandai "permulaan dari berakhirnya"
Perang Dingin.
Sekembalinya ke Chili, Neruda singgah di Peru, dan membacakan
puisi di depan khalayak yang menyambutnya hangat di Lima dan Arequipa. Ia pun
diterima oleh Presiden Fernando Belaúnde Terry. Namun demikian, kunjungannya
menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan. Pemerintah Peru sebelumnya telah
menentang pemerintahan Fidel Castro di Kuba. Pada Juli 1966 datang pembalasan
terhadap Neruda dalam bentuk surat yang ditandatangani lebih dari 100
intelektual Kuba yang menuduh Neruda berkolusi dengan musuh dan menyebutnya
contoh dari “revisionisme pro-Yankee yang pengecut” yang marak saat itu di
Amerika Latin. Masalah ini menyakitkan Neruda karena sebelumnya ia secara
terbuka mendukung revolusi Kuba. Sejak itu ia tak pernah berkunjung lagi ke
pulau itu, meskipun mendapatkan undangan pada 1968.
Setelah kematian Che Guevara di Bolivia pada 1967, Neruda menulis
sejumlah artikel yang menyesali kematian seorang “pahlawan besar”, namun
diam-diam ia mengutuk petulangan Guevara.
[sunting]Tahun-tahun terakhir
Pada 1970, Neruda terpilih sebagai kandidat presiden Chili, namun
akhirnya ia memberikan dukungannya kepada Salvador Allende, yang belakangan
menang pemilu dan dilantik pada 1970 sebagai kepala negara sosialis pertama
yang terpilih secara demokratis. Tak lama kemudian, Allende mengangkat Neruda
sebagai duta besar Chili di Prancis (dari 1970-1972; penempatan diplomatiknya
yang terakhir). Neruda kembali ke Chili dua setengah tahun kemudian karena kesehatannya
memburuk.
Sementara kerusuhan 1973 berlangsung, Neruda, yang saat itu
sekarat karena kanker prostat, merasa hancur karena serangan-serangan yang kian
meningkat terhadap pemerintahan Allende. Kudeta militer akhirnya yang dipimpin
oleh Jenderal Augusto Pinochet pada 11 September menyebabkan harapan Neruda
akan Chili yang sosialis dan demokratis akhirnya terkubur. Tak lama kemudian,
ketika rumah dan halamannya digeledah di Isla Negra oleh tentara Chili, yang
dihadiri sendiri oleh Neruda, ia membuat pernyataan yang terkenal:
Carilah — hanya ada satu benda yang berbahaya untuk kalian di sini
— puisi.
Neruda meninggal karena leukemia pada malam 23 September 1973, di
Klinik Santa María, Santiago. Setelah kematiannya, rumah Neruda yang di
Valparaiso maupun Santiago dijarah dan dirusak. Istrinya memindahkan jenazahnya
untuk dibaringkan di rumah pasangan itu di La Chascona, Santiago, yang
berantakan, karena baru saja diserang habis-habisan oleh tentara, sebagai cara
untuk mengalihkan perhatian dunia dari perilaku junta Pinochet yang sedang
berkuasa. Pemakamannya berlangsung di bawah pengawasan polisi dengan
besar-besaran, dan para pengunjung memanfaatkan kesempatan ini untuk memprotes
rezim Pinochet.
Matilde Urrutia kemudian menyusun dan menyunting catatan kenangan
yang telah dikerjakan Neruda hanya beberapa hari sebelum kematiannya, untuk
diterbitkan. Catatan-catatan ini dan aktivitas-aktivitasnya yang lain
menyebabkan Urrutia terlibat konflikd engan pemerintahan Pinochet, yang
terus-menerus berusaha mengurangi pengaruh Neruda terhadap kesadaran kolektif
bangsa Chili. Memang, puisi-puisi Neruda dilarang di Chili oleh pemerintah
junta hingga dipulihkannya demokrasi pada 1990. Kenangan Urrutia sendiri, My
Life with Pablo Neruda (Hidupku bersama Pablo Neruda), diterbitkan secara
anumerta pada 1986.
Neruda mempunyai tiga rumah di Chili; kini ketiganya dibuka untuk
umum sebagai museum: La Chascona di Santiago, La Sebastiana di Valparaíso, dan
Casa de Isla Negra di Isla Negra, tempat ia dan Matilde Urrutia dikebumikan.
Soneta II
Soneta II diambil dari kumpulan
Cien sonetos de amor ("100 Soneta Cinta") yang terbit pada 1959.
Amor, cuántos caminos hasta
llegar a un beso,
qué soledad errante hasta tu
compañía!
Siguen los trenes solos rodando
con la lluvia.
En Taltal no amanece aún la
primavera.
Pero tú y yo, amor mío, estamos
juntos,
juntos desde la ropa a las
raíces,
juntos de otoño, de agua, de
caderas,
hasta ser sólo tú, sólo yo
juntos.
Pensar que costó tantas piedras
que lleva el río,
la desembocadura del agua de
Boroa,
pensar que separados por trenes y
naciones
tú y yo teníamos que simplemente
amarnos,
con todos confundidos, con
hombres y mujeres,
con la tierra que implanta y
educa los claveles.
Terjemahan
dalam bahasa Indonesia
Kasihku, berapa banyak jalan
harus kutempuh untuk mendapatkan ciuman,
berapa kali aku tersesat kesepian
sebelum menemukanmu!
Kereta kini melaju menembus hujan
tanpa diriku.
Di Taltal musim semi belum
kunjung tiba.
Tapi aku dan engkau, kasihku,
kita bersama-sama,
bersama dari pakaian hingga
tulang,
bersama di musim gugur, di air
kita, di pinggul,
hingga akhirnya hanya engkau,
hanya daku, kita berdua.
Bayangkan betapa semua bebatuan
itu diangkut sungai,
mengalir dari mulut sungai Boroa;
bayangkan, betapa bebatuan itu
dipisahkan oleh kereta dan bangsa
Kita harus saling mencinta,
sementara yang lainnya semua
kacau, laki-laki maupun perempuan,
dan bumi yang menghidupkan bunya
anyelir.
Terjemahan
dari teks Inggris oleh David Short
Dijumput dari:
http://usmannurdiansyah.blogspot.com
Post a Comment