pada gerimis sekitar pohon cemara
masih kurenungi kekhawatiran ombak.
dengan sepenuh kaku langit-langit di dadamu
menguak helai dingin pada tubuh serta
rumput yang tak sengaja kita injak bersama
gigil –getar pada bibirmu
dan ucapan-ucapan tegang-meregang.
masih pada gerimis
sekitar pohon cemara yang basah
sedikit kulirik matamu manik-manik dan bahasa
yang belum rampung kauucapkan
seperti ombak pecah di tindih buih
tiba-tiba gejolak dadaku membentur langit
di dadamu.
maukah kau memaknai hidup seperti aku memaknaimu?
Bandung, 2010
Post a Comment